IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER
DISIPLIN SISWA MELALUI KEGIATAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) DI SMP
ISLAM TANEN KECAMATAN REJOTANGAN KABUPATEN TULUNGAGUNG
NOVIATININGSIH
NPM : 11187205048P1
Pembimbing
(I) M.Abdul Roziq A.,M.Si. (II) M.Hasib.SHI.MH
ABSTRAK: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan
suatu wadah organisasi di sekolah yang berperan sebagai pelaksana segala
kegiatan kesiswaan, OSIS mampu mendukung pendidikan berkarakter yang
dilaksankan di sekolah, hal ini dilaksakan dalam bentuk program-program
kegiatan yang dilaksankan pada setiap bidang yang ada dalam OSIS. Dalam penelitian ini
fokus penelitian adalah sebagai berikut, Bagaimana strategi implementasi
nilai karakter disiplin siswa melalui kegiatan OSIS di SMP ISLAM Tanen
Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung, Apa faktor pendukung dan penghambat
dalam penerapan nilai karakter disiplin siswa melalui kegiatan organisasi siswa
intra sekolah (OSIS) di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten
Tulungagung. Sedangkan tujuan yang ingin
didapatkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi
implementasi nilai karakter disiplin siswa melalui kegiatan OSIS di SMP Islam
Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung, faktor pendukung dan
penghambat implementasi nilai karakter
disiplin siswa melalui kegiatan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di SMP
Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa strategi
yang digunakan dalam pendidikan karakter disiplin siswa melalui yaitu melalui,
Keteladanan, Pembiasaan, Komunikasi, Pelatihan, sedangkan faktor pendung
tingginya minat siswa serta didukung oleh fasilitas yang memadai, sedangkan
faktor penghambatnya masih banyak nya siswa yang terpengaruh oleh dunia luar,
OSIS mempunyai peran positif dalam rangka mendukung pendidikan berkarakter di SMP Islam Tanen kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung. Dari hasil
penelitian diketahui jika adanya program
kegiatan yang disusun pada setiap bidang dalam kepengurusan OSIS terdapat
kegiatan-kegiatan dengan memasukkan unsur pendidikan berkarakter. Sementara itu saran dalam penelitian ini
disampaikan kepada lembaga SMP Islam Tanen
kecamatan Rejotangan Kabupaten
Tulungagung, siswa, dan untuk peneliti
lain yang dimaksudkan akan berguna dalam rangka peningkatan isi dari skripsi
ini.
Kata Kunci : OSIS, Nilai Karakter,
Disiplin
Organisasi
Siswa Intra Sekolah (OSIS) adalah suatu organisasi yang
berada di tingkat sekolah di Indonesia yang
dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus dan dikelola oleh
murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini
memiliki seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh pihak sekolah.
Sebagai salah satu wadah organisasi siswa di sekolah untuk
mencapai tujuan pembinaan dan pengembangan kesiswaan yang selaras dengan visi
misi sekolah maka organisasi ini bersifat intra sekolah, artinya tidak ada
hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain, dan tidak menjadi bagian
dari organisasi lain yang ada di luar sekolah.Karena OSIS sendiri merupakan wadah organisasi siswa di sekolah. Oleh
karena itu setiap siswa secara otomatis menjadi anggota OSIS. Keanggotaan itu
secara otomatis berakhir dengan keluarnya siswa dari sekolah yang bersangkutan.
OSIS
merupakan salah satu wadah kegiatan para siswa di sekolah bersama
dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan
pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai
wadah, harus selalu bersama-sama denan jalur yang lain, yaitu latihan
kepemimpinan, ekstrakurikuler dan wawasan wiyatamandala.
Dalam
pendidikan karakter OSIS juga berperan aktif dalam mengamalkan lewat segala
kegiatan yang ada, lewat kegiatan positif yang terangkum dalam kegiatan OSIS
inilah para siswa diharapkan bisa untuk lebih mempunyai karakter positif yang
tertanam pada diri pribadinya.
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan
tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka
pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi
cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan
anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil
menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis.
Usaha
pengembangan karakter terus menjadi perhatian terutama dalam dunia pendidikan.
Hal yang menjadi perhatian utama adalah peningkatan sikap disiplin terhadap
peraturan sehingga dalam hal ini pentingnya untuk tetap melestarikan dan
mengajarkan nilai-nilai moral kepada generasi muda. Menurut Megawangi (2007:
14), faktor moral adalah hal utama yang harus dibangun terlebih dahulu baru
bisa membangun kehidupan bermasyarakat yang tertib, aman dan sejahtera. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dan pendidik untuk mengajarkan
faktor-faktor moral sehingga dapat diterapkan pada generasi baru. Tingginya
praktek KKN, konflik antar individu maupun kelompok, kriminalitas, dan etos
kerja yang semakin rendah merupakan praktik pelanggaran moral berupa kurangnya
sikap tanggung jawab termasuk rendahnya sikap disiplin. Hal inilah yang
menyebabkan negara kita sulit untuk bangkit dari krisis ini karena adanya
hubungan yang erat antara faktor moral dan faktor ekonomi.
Implementasi merupakan suatu proses aktualisasi ide,
konsep, kebijakan atau inovasi ke dalam bentuk tindakan praktis sehingga
berimplikasi pada pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku seseorang.
Menurut Mulyasa (2002: 170) implementasi
adalah “proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu
tindak praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan, maupun nilai dan sikap”. Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa
implementasi merupakan hasil terjemahan dari guru terhadap kurikulum sebagai
rancangan tertulis.
Pepper (dalam Soelaeman, 2005:35) mengatakan bahwa
nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sejalan dengan
pengertian tersebut, Soelaeman (2005) juga menambahkan bahwa nilai adalah
sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu
yang baik atau yang buruk, sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari
berbagai pengalaman dalam seleksi perilaku yang ketat.
Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006:117) mengungkapkan
nilai merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun rohani.
Sedangkan Soekanto (1983:161) menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi dari
pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Nilai merupakan
petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku
dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, nilai dapat dikatkan
sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi
manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi
kehidupan manusia. Persahabatan sebagai nilai (positif/baik) tidak akan berubah
esensinya manakala ada pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai
adalah suatu ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung.
Sesuai
dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 39 Tahun 2008 Tentang
Pembinaan Kesiswaan disebutkan bahwa salah satu ciri pokok suatu organisasi
ialah memiliki berbagai macam fungsi dan peranan. Demikianlah pada OSIS sebagai
suatu organisasi memiliki pola beberapa peranan atau fungsi dalam mencapai
tujuan. Sebagai suatu organisasi perlu pula memperhatikan faktor-faktor yang
sangat berperan, agar OSIS sebagai organisasi tetap hidup dalam arti tetap
memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan perkembagan. Ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan agar OSIS tetap eksis yaitu:
a. Sumber
daya
b. Efisiensi
c. Koordinasi
kegiatan sejalan dengan tujuan
d. Pembaharuan
e. Kemampuan
beradaptasi dengan lingkungan luar
f. Terpenuhinya
fungsi dan peran seluruh komponen.
Berdasarkan prinsip-prinsip organisasi tersebut agar
OSIS selalu dapat mewujudkan peranannya sebagai salah satu jalur pembinaan
kesiswaan perlu di pahami apa sebenarnya arti, peran dan manfaat apa saja yang
diperoleh melalui OSIS tersebut.
Peranan adalah manfaat atau kegunaan yang dapat
disumbangkan OSIS dalam rangka pembinaan kesiswaan. Sebagai salah satu jalur
pembinaan kesiswaan, peranan OSIS adalah:
1. Sebagai Wadah
Organisasi
Siswa
Intra Sekolah merupakan satu-satunya wadah kegiatan para siswa di Sekolah
bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan
pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai
wadah.
2. Sebagai Penggerak
/ Motivator
Motivator
adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan, semangat para siswa
untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan.
3. Peranan yang
bersifat preventif
Apabila
peran yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat menggerakan
sumber daya yang ada secara eksternal OSIS mampu mengadaptasi dengan
lingkungan, seperti : menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa dan
sebagainya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan
ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu
pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand
design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis
satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan
operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan
jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses
psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual
and emotional development), Olah Pikir (intellectual development),
Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development),
dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan
dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand
design .
Pada hakekatnya disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan
terhadap hukum, undang-undang, peraturan, ketentuan, dan norma-norma yang
berlaku dengan disertai kesadaran dan keikhlasan hati bahwa memang demikianlah
seharusnya. Disini kalimat kesadaran dan keikhlasan amat sangat ditekankan. Hal
ini penting agar kepatuhan dan ketaatan itu dilakukan bukan karena
keterpaksaan. Ketaatan karena terpaksa akan menjadikan manusia hanya taat dan
patuh ketika ada pengawasan. Begitu tidak ada yang mengawasi maka disiplinnya
luntur dan lama-lama hilang.
Dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan
masyarakat bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa
akan dapat dibayangkan seberapa tingkatantinggi rendahnya budaya bangsa yang
dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada
tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana banyaknya
pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin.
Menurut Johar Permana, Nursisto (2004: 45), Disiplin adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan
atau ketertiban.
Menerapkan disiplin dalam mendidik anak di sekolah
sangat tergantung kepada hubungan yang dilakukan guru terhadap anak. Bila
hubungan yang dilakukan guru terhadap anak cukup baik, maka Insya Allah anak
memiliki disiplin yang baik. Demikian sebaliknya, jika jalinan hubungan antara
guru dan anak kurang baik, anak akan memiliki disiplin yang kurang baik.
Berikut adalah model-model didiplin yang sering muncul
dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru kepada siswa (Abdillah, 2011: 5)
a.
Model serba membolehkan (Permisif)
Penyebab guru melakukan
disiplin model ini diantaranya karena guru merasa bersalah dan merasa tidak
enak pada anak, hal ini disebabkan karena guru
merasa bukan anak sendiri atau ada ortu yang lebih bertanggung jawab. Ada
ketidaksempurnaan pada anak, mungkin karena ayah meninggal, atau terjadi
sesuatu yang salah pada anak (pola asuh), sehingga guru merasa tidak tega.
Perasaan bersalah atau tidak enak ini menyebabkan guru tidak memberikan
peraturan-peraturan atau batasan-batasan kepada anak, karena dikhawatirkan
peraturan itu akan memberatkan atau membebani anak. (Abdillah, 2011: 6)
b.
Model Miskomunikasi
Mendidik anak dengan
model miskomunikasi disebabkan oleh guru tidak mau repot-repot berurusan dengan
anak. Karena guru banyak tugas, sehingga orang tua tidak dapat berhubungan dan
berkomunikasi yang baik dengan anak. Akhirnya guru tidak peduli dengan anak,
dan anak tidak mendapat perhatian. Ada komunikasi tetapi komunikasi yang
dilakukan dalam situasi negatif, sehingga guru tidak bisa berkomuniasi positif
dengan anaknya. (Abdillah, 2011: 8)
c.
Model Perubahan Tingkah laku
Model disiplin ini
tercermin dari banyaknya campur tangan guru terhadap anak. Guru biasanya
mengatur anak sampai hal-hal yang terkecil. Segala sesuatu yang diperlukan anak
telah diatur oleh guru. Jadi anak secara total dikendalikan guru. Penyebabnya
adalah :
1. Guru takut
kehilangan pengaruh
2. Guru berpikir,
anak tidak bisa melakukan sesuatu kecuali dengan mengarahkannya terus-menerus
3. Guru menganggap
bahwa anak tidak mampu/tidak bisa. (Abdillah, 2011: 8)
d.
Model Assertif
Dalam model disiplin
ini, Abdillah (2011: 10) menyebutkan jika semua kontrol datangnya
dari guru, guru takut kehilangan kontrolnya. Biasanya dilakukan dengan
paksaan-paksaan, baik secara halus atau bila perlu dengan menggunakan kekerasan
fisik atau campur tangan secara fisik. Guru memaksakan suatu aturan kepada
anak, tidak dengan cara memberikan penjelasan dengan alasan-alasan pembenarnya,
sehingga guru bisa merubah-rubah aturan setiap hari sesuai kehendaknya. Akibat
yang terjadi adalah :
·
Anak tidak akan tahu apa-apa
·
Anak tidak akan mencintai sekolahnya atau
keluarganya
·
Akan terbangun kebencian, memberontak atau mungkin
ketakutan.
Situasi seperti ini
mengakibatkan anak dalam melakukan sesuatu
dengan tidak benar.
e.
Model Disiplin Sosial
Dalam model ini, anak
dikenalkan dengan aturan-aturan. Guru
memberikan penjelasan kepada anak tentang aturan-aturan dengan
alasan-alasannnya, sehingga anak-anak mengetahui kenapa aturan itu harus
dilaksanakan. Dalam menyampaikan aturan-aturan, guru melakukan komunikasi
timbal-balik dengan anak.
Siswa dalam
mengikuti kegiatan osis di
sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang
diberlakukan di sekolahnya serta tata tertib dalam organisasi osis, dan setiap
siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib
yang berlaku. Disiplin dalam osis adalah usaha sekolah untuk memelihara
perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk
berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Pengertian disiplin dalam osis kadang diterapkan pula untuk
memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap
aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode
pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical
maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological
maltreatment).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman
Rachman (1999: 34) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah: (1)
Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) Mendorong
siswa melakukan yang baik dan benar, (3) Membantu siswa memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal
yang dilarang oleh sekolah, dan (4) Siswa belajar hidup dengan
kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Maman Rachman (1999: 45) juga mengemukakan bahwa
tujuan disiplin dalam OSIS adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan
belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak
mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang
termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi
kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Brown dan Brown (dalam Hamalik 2005: 15) mengelompokkan
beberapa penyebab perilaku siswa yang
tidak disiplin, sebagai berikut :
1.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
2.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah;
kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat
menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
3.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa ,
siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.
Selanjutnya, Brown dan Brown (dalam Hamalik 2005: 74)
mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan
pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan
2.
Upaya untuk menanamkan kerja sama
3.
Kebutuhan untuk berorganisasi
4.
Rasa hormat terhadap orang lain
5.
Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan
6.
Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin
Osis sebagai organisi sekolah memiliki peranan yang
penting dalam pengembangan pendidikan karakter disiplin bagi siswa, karena
dalam organisasi osis siswa di didik untuk disiplin,pembinaan kedisiplinan
melalui osis antara lain dengan mengadakan latihan kepemimpinan (leadership
training), latihan baris berbaris, Palang Merah Remaja dan lain – lain.
Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan bagian dari program pembinaan
kesiswaan, yang termasuk kelompok bidang peningkatan mutu pendidikan. Artinya,
kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah dirancang dalam rangka meningkatkan
pendidikan disiplin di sekolah. Kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMP
perlu didukung oleh penggunaan strategi yang relevan dengan situasi dan kondisi
sekolah serta perkembangan anggota osis agar sikap disiplin siswa semakin
meningkat.
METODE
Desain dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis
dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif
subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar
fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan
teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian
dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Kehadiran
peneliti di dalam tindakan ini adalah sebagai konsumen atau pemakai hasil
penelitian. Selama penelitian berlangsung, peneliti selalu datang ke lokasi
dengan melakukan kegiatan yaitu: merencanakan tindakan, mengumpulkan data,
menafsir data, memaknai data dan melaporkan temuan penelitian
penelitian
ini dilaksanakan di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung.
Sekolah ini di pilih sebagai lokasi penelitian karena kegiatan osis di SMP
Islam tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung sangat banyak
sehingga mendukung implementasi disiplin siswa, selain itu Pada SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan
Kabupaten Tulungagung ini belum pernah dilakukan penelitian tentang
pendidikan karakter kaitannya dengan disiplin, salah satu pendidikan karakter disiplin dalam OSIS
antara lain adalah kegiatan baris–berbaris, pelatihan kepemimpinan (leadership training)
Sebagaimana
yang dikutip oleh Lexi J. Moleong
(2010) bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata –
kata dan tindakan selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan
melalui dua sumber data, yaitu:
1. Data Primer
Sumber
data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan
dari sumber asli oleh orang yang melakukan penelitian (Mahmud, 2011:146).
Sumber
data primer yang peneliti pakai dari SMP Islam Tanen Kecamatan
Rejotangan Kabupaten Tulungagung antara lain : wawancara dengan Kepala
Sekolah, Kepala Bidang Kurikulum, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, ketua osis SMP
Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung mengenai bagaimana
penerapan pendidikan karakter disiplin di SMP Islam Tanen Kecamatan
Rejotangan Kabupaten Tulungagung.
2. Data Sekunder
Data
sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan
penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Mahmud, 2011:146). Sumber data
sekunder yang peneliti pakai dalam penelitian ini antara lain: kegiatan osis,
penerapan disiplin pada siswa yang ada di SMP Islam Tanen Kecamatan
Rejotangan Kabupaten Tulungagung
3.
Sumber
Data (Informan)
Sumber data diperoleh dari informan yang digunakan
oleh peneliti sebagai subyek penelitian. Dari informan tersebut diharapkan
memperoleh data sebanyak-banyaknya tentang implementasi pendidikan karakter
melalui penegakan disiplin di sekolah. Langkah yang dilakukan adalah dengan
menemui beberapa orang dilokasi sebagai upaya penjajakan, sehingga ditemukan
orang yang memiliki kriteria sebagai seorang informan. Pengenalan diri peneliti
dengan beberapa orang dilapangan tersebut, digunakan sebagai modal awal dalam
pengumpulan data lebih lanjut dalam rangka menjawab permasalahan peneliti.
Sumber
data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan para informan sebagai
data primer dan tulisan atau dokumen-dokumen yang mendukung pernyataan
informan. Hal ini sebagaimana dinyatakan Lofland and Lofland dalam
Moleong (2010:112) bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Dalam
penelitan ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data
sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Observasi
Observasi
yang digunakan adalah jenis observasi partisipatif yaitu jenis observasi dimana
peneliti tidak hanya menjadi pengamat pasif, melainkan juga mengambil berbagai
peran dalam situasi tertentu dan parisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang
diteliti (Sugiyono, 2014: 64).
2.
Dokumentasi
Metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup
tetapi benda mati.
3.
Wawancara
Wawancara
yaitu kegiatan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data guna kelengkapan data-data yang
diperoleh sebelumnya. Dalam hal ini tipe wawancara yang digunakan adalah
wawancara mendalam bertipe in-dept interview,
Teknik analisa
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa model
interaktif. Menurut Miles dan Huberman (2004:20), dalam analisa model interaktif ada tiga
kelompok analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pengumpulan Data
|
Penyajian Data
|
Kesimpulan-Kesimpulan: Penarikan / Verifikasi
|
Reduksi Data
|
Agar data yang diperoleh mendapatkan derajad kepercayaan
serta kepastian, maka dalam pengecekan keabsahan data tersebut digunakan teknik
triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data tersebut. Dalam hal ini . Denzim dalam (Lexy J.
Maleong, 2010) membedakan empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunakan
sumber, metode, penyidik, dan
teori (Moleong, 2010: 178).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Implementasi nilai karakter disiplin siswa melalui
kegiatan OSIS dilakukan beberapa strategi diantaranya sebagai berikut
antara lain:
a. Keteladanan
Keteladanan adalah sesuatu
yang sangat prinsipil dalam pendidikan. Tanpa keteladanan proses pendidikan
ibarat jasad tanpa ruh. Menurut ahli-ahli psikologi, naluri mencontoh merupakan
satu naluri yang kuat dan berakar dalam diri manusia. Naluri ini akan semakin
menguat lewat melihat.
Keteladanan dapat diartikan wujud dari usaha yang
dilakukan seseorang dengan sadar tercermin pada sikap perilaku untuk mencapai
tujuan tertentu. Keberhasilannya dapat diukur dengan indikator perubahan
perilaku orang yang menjadikannya figur panutan menjadi selaras seimbang sesuai
dengan tujuan tertentu yang dikehendaki. (Utami, 2000)
b. Pembiasaan
Pembiasaan (habituation) merupakam “proses
pembentukan sikap dan prilaku yang relatif menetap
dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang- ulang”.
Ciri-ciri sikap atau tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan adalah:
- Relatif menetap
- Tidak memerlukan funsi berfikir yang cukup tinggi
- Bukan merupakan proses kematangan, tetapi sebagai hasil pengalaman atau belajar
- Tampil secara berulang-ulang sebagai respon terhadap stimuluis yantg sama
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan
yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum menginsafi apa yang disebut baik dan buruk
dalam arti susila. Mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus
dikerjakan seperti pada orang dewasa. Sehingga mereka perlu dibiasakan dengan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu. Anak perlu
dibiasakan pada sesuatu yang baik. Lalu mereka akan mengubah seluruh
sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan
itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan
banyak kesulitan (Abudin Nata, Filsafat, 1997).
c. Komunikasi
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia selalu berkomunikasi, karena sebagai makhluk
sosial manusia memiliki kebutuhan untuk saling berhubungan satu sama lainnya,
dan ini dilakukan melalui komunikasi. Istilah komunikasi berasal dari bahasa
Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti
berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing
diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut. (Mulyana
2000:54).
Dalam suatu organisasi komunikasi mempunyai beberapa
fungsi. Hal ini sebagaimana menurut Efendi bahwa fungsi komunikasi adalah :
1.
Fungsi Informatif
2.
Fungsi Edukatif
3.
Fungsi Persuasif
4.
Fungsi Rekreatif
d. Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang
mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh
karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan
dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan
menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini Mathis (2002).
menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini Mathis (2002).
Berdasarkan definisi dari ahli diatas tentang
pelatihan, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah suatu proses kegiatan
yang dimaksudkan untuk memperbaiki sikap, tingkahlaku, keterampilan serta
pengtahuan baik itu dari karyawan atau peserta pelatihan untuk memenuhi standar
(standar sikap, tingkahlaku, keterampila serta pengetahuan yang ditetapkan
perusahaan) tententu guna mencapai tujuan perusahaan
Berkenaan
dengan kedisiplinan sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan
disiplin sekolah adalah : (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang
tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3)
membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan
menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar
hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta
lingkungannya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan,dapat
dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan temuan pada penelitian di
SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung tentang strategi
implementasi pendidikan karakter disiplin dapat disimpulkan strategi yang digunakan dalam pendidikan
karakter yaitu; Keteladanan, Dimana guru member contoh keteladanan yang baik
pada siswa misalkan disiplin waktu dating kesekolah,berpakaian yang rapi;
Pembiasaan, Melalui pembiasaan disini siswa dilatih untuk terbiasa mengucapkan
salam, sapa, berperilaku sopan santun; Komunikasi, Komunikasi yang dilakukan
sebagai strategi implementasi nilai karakter melalui Komunikasi satu arah yaitu
ketika upacara bendera berlangsung, dan komunikasi dua arah yaitu komunikasi
yang dilakukan guru dengan siswa yang memiliki masalah tentang kedisiplinan;
Pelatihan, Dalam pelatihan siswa dilatih untuk memiliki sikap disiplin,
pelatihan yang dilakukan anatar lain dengan melakukan kegiatan kepramukaan,
latihan baris berbaris,pelatihan upacara sekolah, PMR, dengan mengadakan
pelatihan tersebut diharapkan siswa memiliki kedisiplinan.
2. Faktor pendukung implementasi
karakter disiplin di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung
antara lain yaitu; Tingginya minat siswa untuk mengikuti kegiatan, Adanya
fasilitas pendukung, seperti LCD proyektor, tenda, dll, Peran aktif Pembina
OSIS ,anggota OSIS. serta para guru.
Dalam rangka membentuk disiplin siswa melalui kegiatan
OSIS di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung ditemui
kendala - kendala yaitu; Masih terdapat siswa yang kurang memiliki kesadaran
diri akan pentingnya disiplin; Masih banyak nya siswa yang terpengaruh oleh
dunia luar; Kurang nya minat siswa; Kurangnya peran aktif para guru
Berdasarkan simpulan di atas,maka
hasil peneliti ini disarankan:
1. Bagi sekolah
Bagi pihak sekolah diharapkan untuk lebih menekankan
sikap kedisiplinan melalui penguatan-penguatan aturan lainnya yang ada di
sekolah, misalnya saja aturan ketika berada di dalam kelas aturan tentang
kegiatan ektrakurikuler yang dapat membentuk karakter siswa, hal ini diharapkan
sikap disiplin yang ada pada siswa akan lebih kuat lagi.
2. Bagi Siswa
Diharapkan siswa memberikan dukungan postif atas
segala kegiatan yang dilakukan oleh OSIS, karena bagaimanapun kegiatan OSIS
memberikan tambahan kekuatan karakter, ilmu, serta pengetahuan bagi siswa.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain hendaknya dapat mengisi kekosongan
kajian yang belum ada dalam penelitian ini, hal ini dimaksudkan untuk
menyempurnakan penelitian yang sejenis. Disamping itu diharapkan data yang
didapat nantinya dapat membantu mengatasi masalah peran OSIS dalam mendukung
pendidikan berkarakter.
DAFTAR
RUJUKAN
Abdillah. 2011. Antara Hukuman dan Disiplin Sekolah.
Melalui: Tarmizi. wordpress. com.
Darmadi, Hmid, 2011.Metode Logi Pendidikan.Bandung: CV.Alvabeta
Hadi, Utomo, 2011. Bentuk-Bentuk Organisasi. Diakses
melalui http://undevelopedworld.blogspot.com/2011/12/bentuk-bentuk-organisasi.html
(25 Maret 2014)
Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi
Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo
Megawangi, Ratna. 2007. Semua Berakar Pada Karakter.
Jakarta: FE-UI.
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Rachman, Maman. 1999. Disiplin Siswa Disekolah. Melalui: akhmadsudrajat.wordpress.com
Robbins, Stephen. 1994. Teori Organisasi: Struktur,
Desain, dan Aplikasi. Jakarta: Arcan
Safaruddin. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia
Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta: BPFE.
Sudrajat, Akhmad. 2010. Tentang Pendidikan Karakter.
Diakses melalui
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/ (24
Maret 2014)
Sugiyono, 2014.memahami penelitian kualitatif. Bandung: CV Alfabeta
STKIP PGRI.
2011. Pedoman Penulisan Skripsi dan Laporan Penelitian. Tulungagung:
STKIP PGRI Tulungagung
Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi
Siswa. Jakarta: Grasindo
Zuchdi,
Darmiyati. 2010. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam
Pembelajaran Bidang Studi Di Sekolah Dasar. Jurnal FIP UNY
Yogyakarta