Senin, 14 Juli 2014

artikel skripsi pendidikan karakter tahun 2014 noviatiningsih

IMPLEMENTASI NILAI KARAKTER DISIPLIN SISWA MELALUI KEGIATAN ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) DI SMP ISLAM TANEN KECAMATAN REJOTANGAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

NOVIATININGSIH
NPM : 11187205048P1
Pembimbing (I) M.Abdul Roziq A.,M.Si. (II) M.Hasib.SHI.MH

ABSTRAK: Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) merupakan suatu wadah organisasi di sekolah yang berperan sebagai pelaksana segala kegiatan kesiswaan, OSIS mampu mendukung pendidikan berkarakter yang dilaksankan di sekolah, hal ini dilaksakan dalam bentuk program-program kegiatan yang dilaksankan pada setiap bidang yang ada dalam OSIS. Dalam penelitian ini fokus penelitian adalah sebagai berikut, Bagaimana strategi implementasi nilai karakter disiplin siswa melalui kegiatan OSIS di SMP ISLAM Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung, Apa faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan nilai karakter disiplin siswa melalui kegiatan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung. Sedangkan tujuan yang ingin didapatkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi implementasi nilai karakter disiplin siswa melalui kegiatan OSIS di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung, faktor pendukung dan penghambat implementasi  nilai karakter disiplin siswa melalui kegiatan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa strategi yang digunakan dalam pendidikan karakter disiplin siswa melalui yaitu melalui, Keteladanan, Pembiasaan, Komunikasi, Pelatihan, sedangkan faktor pendung tingginya minat siswa serta didukung oleh fasilitas yang memadai, sedangkan faktor penghambatnya masih banyak nya siswa yang terpengaruh oleh dunia luar, OSIS mempunyai peran positif dalam rangka mendukung pendidikan berkarakter di SMP Islam Tanen kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung. Dari hasil penelitian diketahui jika  adanya program kegiatan yang disusun pada setiap bidang dalam kepengurusan OSIS terdapat kegiatan-kegiatan dengan memasukkan unsur pendidikan berkarakter. Sementara itu saran dalam penelitian ini disampaikan kepada lembaga SMP Islam Tanen kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung, siswa,  dan untuk peneliti lain yang dimaksudkan akan berguna dalam rangka peningkatan isi dari skripsi ini.

Kata Kunci : OSIS, Nilai Karakter, Disiplin

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) adalah suatu organisasi yang berada di tingkat sekolah di Indonesia yang dimulai dari Sekolah Menengah yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). OSIS diurus dan dikelola oleh murid-murid yang terpilih untuk menjadi pengurus OSIS. Biasanya organisasi ini memiliki seorang pembimbing dari guru yang dipilih oleh pihak sekolah.
Sebagai salah satu wadah organisasi siswa di sekolah untuk mencapai tujuan pembinaan dan pengembangan kesiswaan yang selaras dengan visi misi sekolah maka organisasi ini bersifat intra sekolah, artinya tidak ada hubungan organisatoris dengan OSIS di sekolah lain, dan tidak menjadi bagian dari organisasi lain yang ada di luar sekolah.Karena OSIS sendiri merupakan wadah organisasi siswa di sekolah. Oleh karena itu setiap siswa secara otomatis menjadi anggota OSIS. Keanggotaan itu secara otomatis berakhir dengan keluarnya siswa dari sekolah yang bersangkutan.
OSIS merupakan salah satu wadah kegiatan para siswa di sekolah bersama dengan   jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah, harus selalu bersama-sama denan jalur yang lain, yaitu latihan kepemimpinan, ekstrakurikuler dan wawasan wiyatamandala.
Dalam pendidikan karakter OSIS juga berperan aktif dalam mengamalkan lewat segala kegiatan yang ada, lewat kegiatan positif yang terangkum dalam kegiatan OSIS inilah para siswa diharapkan bisa untuk lebih mempunyai karakter positif yang tertanam pada diri pribadinya.   Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif. Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
Usaha pengembangan karakter terus menjadi perhatian terutama dalam dunia pendidikan. Hal yang menjadi perhatian utama adalah peningkatan sikap disiplin terhadap peraturan sehingga dalam hal ini pentingnya untuk tetap melestarikan dan mengajarkan nilai-nilai moral kepada generasi muda. Menurut Megawangi (2007: 14), faktor moral adalah hal utama yang harus dibangun terlebih dahulu baru bisa membangun kehidupan bermasyarakat yang tertib, aman dan sejahtera. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran orang tua dan pendidik untuk mengajarkan faktor-faktor moral sehingga dapat diterapkan pada generasi baru. Tingginya praktek KKN, konflik antar individu maupun kelompok, kriminalitas, dan etos kerja yang semakin rendah merupakan praktik pelanggaran moral berupa kurangnya sikap tanggung jawab termasuk rendahnya sikap disiplin. Hal inilah yang menyebabkan negara kita sulit untuk bangkit dari krisis ini karena adanya hubungan yang erat antara faktor moral dan faktor ekonomi.
Implementasi merupakan suatu proses aktualisasi ide, konsep, kebijakan atau inovasi ke dalam bentuk tindakan praktis sehingga berimplikasi pada pengetahuan, keterampilan, dan tingkah laku seseorang. Menurut Mulyasa (2002: 170)  implementasi adalah “proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindak praktis sehingga memberikan dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap”. Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa implementasi merupakan hasil terjemahan dari guru terhadap kurikulum sebagai rancangan tertulis.
Pepper (dalam Soelaeman, 2005:35) mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang buruk. Sejalan dengan pengertian tersebut, Soelaeman (2005) juga menambahkan bahwa nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk, sebagai abstraksi, pandangan atau maksud dari berbagai pengalaman dalam seleksi perilaku yang ketat.
Darmodiharjo (dalam Setiadi, 2006:117) mengungkapkan nilai merupakan sesuatu yang berguna bagi manusia baik jasmani maupun rohani. Sedangkan Soekanto (1983:161) menyatakan, nilai-nilai merupakan abstraksi dari pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Nilai merupakan petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, nilai dapat dikatkan sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Persahabatan sebagai nilai (positif/baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan disebutkan bahwa salah satu ciri pokok suatu organisasi ialah memiliki berbagai macam fungsi dan peranan. Demikianlah pada OSIS sebagai suatu organisasi memiliki pola beberapa peranan atau fungsi dalam mencapai tujuan. Sebagai suatu organisasi perlu pula memperhatikan faktor-faktor yang sangat berperan, agar OSIS sebagai organisasi tetap hidup dalam arti tetap memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan perkembagan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar OSIS tetap eksis yaitu:
a.       Sumber daya
b.      Efisiensi
c.       Koordinasi kegiatan sejalan dengan tujuan
d.      Pembaharuan
e.       Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan luar
f.       Terpenuhinya fungsi dan peran seluruh komponen.

Berdasarkan prinsip-prinsip organisasi tersebut agar OSIS selalu dapat mewujudkan peranannya sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan perlu di pahami apa sebenarnya arti, peran dan manfaat apa saja yang diperoleh melalui OSIS tersebut.
Peranan adalah manfaat atau kegunaan yang dapat disumbangkan OSIS dalam rangka pembinaan kesiswaan. Sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan, peranan OSIS adalah:
1. Sebagai Wadah Organisasi
Siswa Intra Sekolah merupakan satu-satunya wadah kegiatan para siswa di Sekolah bersama dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan kesiswaan. Oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah.
2. Sebagai Penggerak / Motivator
Motivator adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan, semangat para siswa untuk berbuat dan melakukan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan.
3. Peranan yang bersifat preventif
Apabila peran yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS dapat menggerakan sumber daya yang ada secara eksternal OSIS mampu mengadaptasi dengan lingkungan, seperti : menyelesaikan persoalan perilaku menyimpang siswa dan sebagainya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur,  jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.  Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik  (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design .
Pada hakekatnya disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap hukum, undang-undang, peraturan, ketentuan, dan norma-norma yang berlaku dengan disertai kesadaran dan keikhlasan hati bahwa memang demikianlah seharusnya. Disini kalimat kesadaran dan keikhlasan amat sangat ditekankan. Hal ini penting agar kepatuhan dan ketaatan itu dilakukan bukan karena keterpaksaan. Ketaatan karena terpaksa akan menjadikan manusia hanya taat dan patuh ketika ada pengawasan. Begitu tidak ada yang mengawasi maka disiplinnya luntur dan lama-lama hilang.
Dalam arti luas kedisiplinan adalah cermin kehidupan masyarakat bangsa. Maknanya, dari gambaran tingkat kedisiplinan suatu bangsa akan dapat dibayangkan seberapa tingkatantinggi rendahnya budaya bangsa yang dimilikinya. Sementara itu cerminan kediplinan mudah terlihat pada tempat-tempat umum, lebih khusus lagi pada sekolah-sekolah dimana banyaknya pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa-siswa yang kurang disiplin. Menurut Johar Permana, Nursisto (2004: 45), Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan  nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban.
Menerapkan disiplin dalam mendidik anak di sekolah sangat tergantung kepada hubungan yang dilakukan guru terhadap anak. Bila hubungan yang dilakukan guru terhadap anak cukup baik, maka Insya Allah anak memiliki disiplin yang baik. Demikian sebaliknya, jika jalinan hubungan antara guru dan anak kurang baik, anak akan memiliki disiplin yang kurang baik.
Berikut adalah model-model didiplin yang sering muncul dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru kepada siswa (Abdillah, 2011: 5)
a.      Model serba membolehkan (Permisif)
Penyebab guru melakukan disiplin model ini diantaranya karena guru merasa bersalah dan merasa tidak enak pada anak, hal ini disebabkan karena guru  merasa bukan anak sendiri atau ada ortu yang  lebih bertanggung jawab. Ada ketidaksempurnaan pada anak, mungkin karena ayah meninggal, atau terjadi sesuatu yang salah pada anak (pola asuh), sehingga guru merasa tidak tega. Perasaan bersalah atau tidak enak ini menyebabkan guru tidak memberikan peraturan-peraturan atau batasan-batasan kepada anak, karena dikhawatirkan peraturan itu akan memberatkan atau membebani anak. (Abdillah, 2011: 6)
b.      Model Miskomunikasi
Mendidik anak dengan model miskomunikasi disebabkan oleh guru tidak mau repot-repot berurusan dengan anak. Karena guru banyak tugas, sehingga orang tua tidak dapat berhubungan dan berkomunikasi yang baik dengan anak. Akhirnya guru tidak peduli dengan anak, dan anak tidak mendapat perhatian. Ada komunikasi tetapi komunikasi yang dilakukan dalam situasi negatif, sehingga guru tidak bisa berkomuniasi positif dengan anaknya. (Abdillah, 2011: 8)
c.       Model Perubahan Tingkah laku
Model disiplin ini tercermin dari banyaknya campur tangan guru terhadap anak. Guru biasanya mengatur anak sampai hal-hal yang terkecil. Segala sesuatu yang diperlukan anak telah diatur oleh guru. Jadi anak secara total dikendalikan guru. Penyebabnya adalah :
1.      Guru takut kehilangan pengaruh
2.      Guru berpikir, anak tidak bisa melakukan sesuatu kecuali dengan mengarahkannya terus-menerus
3.      Guru menganggap bahwa anak tidak mampu/tidak bisa. (Abdillah, 2011: 8)
d.      Model Assertif
Dalam model disiplin ini, Abdillah (2011: 10) menyebutkan jika semua kontrol datangnya dari guru, guru takut kehilangan kontrolnya. Biasanya dilakukan dengan paksaan-paksaan, baik secara halus atau bila perlu dengan menggunakan kekerasan fisik atau campur tangan secara fisik. Guru memaksakan suatu aturan kepada anak, tidak dengan cara memberikan penjelasan dengan alasan-alasan pembenarnya, sehingga guru bisa merubah-rubah aturan setiap hari sesuai kehendaknya. Akibat yang terjadi adalah :
·         Anak tidak akan tahu apa-apa
·         Anak tidak akan mencintai sekolahnya atau keluarganya
·         Akan terbangun kebencian, memberontak atau mungkin ketakutan.
Situasi seperti ini mengakibatkan anak dalam melakukan sesuatu
dengan tidak benar.
e.       Model Disiplin Sosial
Dalam model ini, anak dikenalkan  dengan aturan-aturan. Guru memberikan penjelasan kepada anak tentang aturan-aturan dengan alasan-alasannnya, sehingga anak-anak mengetahui kenapa aturan itu harus dilaksanakan. Dalam menyampaikan aturan-aturan, guru melakukan komunikasi timbal-balik dengan anak.
Siswa  dalam mengikuti kegiatan osis di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya serta tata tertib dalam organisasi osis, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku. Disiplin dalam osis adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Pengertian disiplin dalam osis kadang diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis (psychological maltreatment).
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999: 34) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah: (1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Maman Rachman (1999: 45) juga mengemukakan bahwa tujuan disiplin dalam OSIS adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.
Brown dan Brown (dalam Hamalik 2005: 15) mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang  tidak disiplin, sebagai berikut :
1.   Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
2.   Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
3.   Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.
Selanjutnya, Brown dan Brown (dalam Hamalik 2005: 74) mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan
2.      Upaya untuk menanamkan kerja sama
3.      Kebutuhan untuk berorganisasi
4.      Rasa hormat terhadap orang lain
5.      Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan
6.      Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin
Osis sebagai organisi sekolah memiliki peranan yang penting dalam pengembangan pendidikan karakter disiplin bagi siswa, karena dalam organisasi osis siswa di didik untuk disiplin,pembinaan kedisiplinan melalui osis antara lain dengan mengadakan latihan kepemimpinan (leadership training), latihan baris berbaris, Palang Merah Remaja dan lain – lain. Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan bagian dari program pembinaan kesiswaan, yang termasuk kelompok bidang peningkatan mutu pendidikan. Artinya, kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah dirancang dalam rangka meningkatkan pendidikan disiplin di sekolah. Kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMP perlu didukung oleh penggunaan strategi yang relevan dengan situasi dan kondisi sekolah serta perkembangan anggota osis agar sikap disiplin siswa semakin meningkat.
METODE
Desain dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.
Kehadiran peneliti di dalam tindakan ini adalah sebagai konsumen atau pemakai hasil penelitian. Selama penelitian berlangsung, peneliti selalu datang ke lokasi dengan melakukan kegiatan yaitu: merencanakan tindakan, mengumpulkan data, menafsir data, memaknai data dan melaporkan temuan penelitian
penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung. Sekolah ini di pilih sebagai lokasi penelitian karena kegiatan osis di SMP Islam tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung  sangat banyak sehingga mendukung implementasi disiplin siswa, selain itu Pada SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung ini belum pernah dilakukan penelitian tentang pendidikan karakter kaitannya dengan disiplin, salah satu pendidikan karakter disiplin dalam OSIS antara lain adalah kegiatan baris–berbaris, pelatihan kepemimpinan (leadership training)
Sebagaimana yang dikutip oleh Lexi J. Moleong (2010) bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata – kata  dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dimana data hasil penelitian didapatkan melalui dua sumber data, yaitu:
1.      Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan dari sumber asli oleh orang yang melakukan penelitian (Mahmud, 2011:146).
Sumber data primer yang peneliti pakai dari SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung antara lain : wawancara dengan Kepala Sekolah, Kepala Bidang Kurikulum, Wakil Kepala Bidang Kesiswaan, ketua osis SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung  mengenai bagaimana penerapan pendidikan karakter disiplin di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung.
2.      Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Mahmud, 2011:146). Sumber data sekunder yang peneliti pakai dalam penelitian ini antara lain: kegiatan osis, penerapan disiplin pada siswa yang ada di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung
3.      Sumber Data (Informan)
Sumber data diperoleh dari informan yang digunakan oleh peneliti sebagai subyek penelitian. Dari informan tersebut diharapkan memperoleh data sebanyak-banyaknya tentang implementasi pendidikan karakter melalui penegakan disiplin di sekolah. Langkah yang dilakukan adalah dengan menemui beberapa orang dilokasi sebagai upaya penjajakan, sehingga ditemukan orang yang memiliki kriteria sebagai seorang informan. Pengenalan diri peneliti dengan beberapa orang dilapangan tersebut, digunakan sebagai modal awal dalam pengumpulan data lebih lanjut dalam rangka menjawab permasalahan peneliti.
Sumber data dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan para informan sebagai data primer dan tulisan atau dokumen-dokumen yang mendukung pernyataan informan. Hal ini sebagaimana dinyatakan Lofland and Lofland dalam Moleong (2010:112) bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Dalam penelitan ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dan sekunder peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1.      Observasi
Observasi yang digunakan adalah jenis observasi partisipatif yaitu jenis observasi dimana peneliti tidak hanya menjadi pengamat pasif, melainkan juga mengambil berbagai peran dalam situasi tertentu dan parisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang diteliti (Sugiyono, 2014: 64).
2.      Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.


3.      Wawancara
Wawancara yaitu kegiatan tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data guna kelengkapan data-data yang diperoleh sebelumnya. Dalam hal ini tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam bertipe in-dept interview,
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisa model interaktif. Menurut Miles dan Huberman (2004:20), dalam analisa model interaktif ada tiga kelompok analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Kesimpulan-Kesimpulan: Penarikan / Verifikasi
Reduksi Data
 






Agar data yang diperoleh mendapatkan derajad kepercayaan serta kepastian, maka dalam pengecekan keabsahan data tersebut digunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Dalam hal ini . Denzim dalam (Lexy J. Maleong, 2010) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunakan sumber, metode, penyidik, dan teori (Moleong, 2010: 178).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Implementasi nilai karakter disiplin siswa melalui kegiatan OSIS dilakukan beberapa strategi diantaranya sebagai berikut antara lain:

a.       Keteladanan
Keteladanan adalah sesuatu yang sangat prinsipil dalam pendidikan. Tanpa keteladanan proses pendidikan ibarat jasad tanpa ruh. Menurut ahli-ahli psikologi, naluri mencontoh merupakan satu naluri yang kuat dan berakar dalam diri manusia. Naluri ini akan semakin menguat lewat melihat.
Keteladanan dapat diartikan wujud dari usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar tercermin pada sikap perilaku untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilannya dapat diukur dengan indikator perubahan perilaku orang yang menjadikannya figur panutan menjadi selaras seimbang sesuai dengan tujuan tertentu yang dikehendaki. (Utami, 2000)
b.      Pembiasaan
Pembiasaan (habituation) merupakam “proses pembentukan sikap dan prilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang- ulang”. Ciri-ciri sikap atau tingkah laku yang sudah menjadi kebiasaan adalah:
  1. Relatif menetap
  2. Tidak memerlukan funsi berfikir yang cukup tinggi
  3. Bukan merupakan proses kematangan, tetapi sebagai hasil pengalaman atau belajar
  4. Tampil secara berulang-ulang sebagai respon terhadap stimuluis yantg sama
Pembiasaan merupakan salah satu metode pendidikan yang sangat penting, terutama bagi anak-anak. Mereka belum  menginsafi apa yang disebut baik dan buruk dalam arti susila. Mereka juga belum mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus dikerjakan seperti pada orang dewasa. Sehingga mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola pikir tertentu. Anak perlu dibiasakan pada sesuatu yang baik. Lalu mereka akan mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan (Abudin Nata, Filsafat, 1997).
c.       Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkomunikasi, karena sebagai makhluk sosial manusia memiliki kebutuhan untuk saling berhubungan satu sama lainnya, dan ini dilakukan melalui komunikasi. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut. (Mulyana 2000:54).
Dalam suatu organisasi komunikasi mempunyai beberapa fungsi. Hal ini sebagaimana menurut Efendi bahwa fungsi komunikasi adalah :
1.              Fungsi Informatif
2.              Fungsi Edukatif
3.              Fungsi Persuasif
4.               Fungsi Rekreatif
d.      Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan
menyediakan para pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini Mathis (2002).
Berdasarkan definisi dari ahli diatas tentang pelatihan, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah suatu proses kegiatan yang dimaksudkan untuk memperbaiki sikap, tingkahlaku, keterampilan serta pengtahuan baik itu dari karyawan atau peserta pelatihan untuk memenuhi standar (standar sikap, tingkahlaku, keterampila serta pengetahuan yang ditetapkan perusahaan) tententu guna mencapai tujuan perusahaan
Berkenaan dengan kedisiplinan sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah : (1) memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, (2) mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, (3) membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan (4) siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan,dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:
1.      Berdasarkan temuan pada penelitian di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung tentang strategi implementasi pendidikan karakter disiplin dapat disimpulkan  strategi yang digunakan dalam pendidikan karakter yaitu; Keteladanan, Dimana guru member contoh keteladanan yang baik pada siswa misalkan disiplin waktu dating kesekolah,berpakaian yang rapi; Pembiasaan, Melalui pembiasaan disini siswa dilatih untuk terbiasa mengucapkan salam, sapa, berperilaku sopan santun; Komunikasi, Komunikasi yang dilakukan sebagai strategi implementasi nilai karakter melalui Komunikasi satu arah yaitu ketika upacara bendera berlangsung, dan komunikasi dua arah yaitu komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa yang memiliki masalah tentang kedisiplinan; Pelatihan, Dalam pelatihan siswa dilatih untuk memiliki sikap disiplin, pelatihan yang dilakukan anatar lain dengan melakukan kegiatan kepramukaan, latihan baris berbaris,pelatihan upacara sekolah, PMR, dengan mengadakan pelatihan tersebut diharapkan siswa memiliki kedisiplinan.
2.      Faktor pendukung implementasi karakter disiplin di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung antara lain yaitu; Tingginya minat siswa untuk mengikuti kegiatan, Adanya fasilitas pendukung, seperti LCD proyektor, tenda, dll, Peran aktif Pembina OSIS ,anggota OSIS. serta para guru.
Dalam rangka membentuk disiplin siswa melalui kegiatan OSIS di SMP Islam Tanen Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung ditemui kendala - kendala yaitu; Masih terdapat siswa yang kurang memiliki kesadaran diri akan pentingnya disiplin; Masih banyak nya siswa yang terpengaruh oleh dunia luar; Kurang nya minat siswa; Kurangnya peran aktif para guru
Berdasarkan simpulan di atas,maka hasil peneliti ini disarankan:
1.      Bagi sekolah
Bagi pihak sekolah diharapkan untuk lebih menekankan sikap kedisiplinan melalui penguatan-penguatan aturan lainnya yang ada di sekolah, misalnya saja aturan ketika berada di dalam kelas aturan tentang kegiatan ektrakurikuler yang dapat membentuk karakter siswa, hal ini diharapkan sikap disiplin yang ada pada siswa akan lebih kuat lagi.
2.      Bagi Siswa
Diharapkan siswa memberikan dukungan postif atas segala kegiatan yang dilakukan oleh OSIS, karena bagaimanapun kegiatan OSIS memberikan tambahan kekuatan karakter, ilmu, serta pengetahuan bagi siswa.
3.      Bagi Peneliti Lain
Peneliti lain hendaknya dapat mengisi kekosongan kajian yang belum ada dalam penelitian ini, hal ini dimaksudkan untuk menyempurnakan penelitian yang sejenis. Disamping itu diharapkan data yang didapat nantinya dapat membantu mengatasi masalah peran OSIS dalam mendukung pendidikan berkarakter.

DAFTAR RUJUKAN

Abdillah. 2011. Antara Hukuman dan Disiplin Sekolah. Melalui: Tarmizi. wordpress. com.

Darmadi, Hmid, 2011.Metode Logi Pendidikan.Bandung: CV.Alvabeta

Hadi, Utomo, 2011. Bentuk-Bentuk Organisasi. Diakses melalui http://undevelopedworld.blogspot.com/2011/12/bentuk-bentuk-organisasi.html (25 Maret 2014)

Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo

Megawangi, Ratna. 2007. Semua Berakar Pada Karakter. Jakarta: FE-UI.


Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Rachman, Maman. 1999. Disiplin Siswa Disekolah. Melalui: akhmadsudrajat.wordpress.com

Robbins, Stephen. 1994. Teori Organisasi: Struktur, Desain, dan Aplikasi. Jakarta: Arcan

Safaruddin. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia Keunggulan Kompetitif. Yogyakarta: BPFE.

Sudrajat, Akhmad. 2010. Tentang Pendidikan Karakter. Diakses melalui http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/ (24 Maret 2014)

Sugiyono, 2014.memahami penelitian kualitatif. Bandung: CV Alfabeta

STKIP PGRI. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi dan Laporan Penelitian. Tulungagung: STKIP PGRI Tulungagung

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo

Zuchdi, Darmiyati. 2010. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran Bidang Studi Di Sekolah Dasar. Jurnal FIP UNY Yogyakarta